MEMBANGUN RINDU


Suatu malam ketika suhu mendekati titik beku, 

Sambil duduk bersila di tatami kita bercerita masalalu, 

Ketika ratusan ribu bala tentaramu menyebrang laut,

Menduduki Tanah Airku,

Memperkosa perempuan membayonet ribuan saudaraku,

Mempertontonkan kebengusan menyebar maut.


Suatu malam ketika suhu mendekati titik beku,

Sambil duduk bersila di tatami kita bercerita masa lalu,

Ketika Nagasaki da Hiroshima menjelma laksana neraka,

Dibom atom diluluh-lantakkan Amerika,

Merenggut ratusan ribu nyawa dalam seketika,

Menyisakan hibakusha menderita cacat sepanjang usia.


Aku bertanya padamu tapi kau tak bisa menyahut,

Atas nama apa dan untuk apakah bala tentaramu,

Menduduki Tanah Aurku dan menyebar maut,

Tapi sekaligus aku dan kau pun sama-sama bertanya,

Atas nama apa dan untuk apakah pula Amerika,

Membom ayom meluluh-lantakkan Nagasaki dan Hiroshima.


Sambil duduk bersila di tatami kita bercerita masa lalu,

Ketika Nagasaki dan Hiroshima menjelma laksana neraka,

Dibom atom diluluh-lantakkan Amerika,

Merenggut ratusan ribu nyawa dalam seketika,

Menyisakan hibakusha menderita cacat sepanjang usia.


Aku bertanya padamu tapi kau tak bisa menyahut,

Atas nama apa dan untuk apakah bala tentaramu,

Menduduki Tanah Airku dan menyebat maut,

Tapi sekaligus aku dan kau pun sama-sama bertanya,

Atas nama apa dan untuk apakah pula Amerika,

Membom atom meluluh-lantakkan Nagasaki dan Hiroshima.


Ketika malam semakin larut, saljut turun, kita pun sama-sama setuju,

Membangun rkndu mengubur dendam masa lalu,

Bahwasannya bukan salahku dan bukan pula salahmu,

Semua itu terjadi, dan sudah terjadi,

Tapi adalah salahku dan adalah salahmu,

Bila semua itu terulang kembali.


Tokyo, 1980

Komentar

Postingan populer dari blog ini

respon internasional terhadap kemerdekaan RI

hari guru nasional di era milenial